Dalam khasanah politik Indonesia, ‘ageman’ atau ‘pegangan’
itu adalah hal biasa. Jangankan pembesar negara, petinggi tingkat kota atau kabupaten pasti memiliki ageman.
Pak Harto sendiri punya ageman banyak yang bilang pusat
kekuatan Pak Harto itu ada di Bu Tien Suharto, banyak yang bilang juga di
‘konde’ bu Tien. Tapi yang jelas Pak Harto adalah seorang pertapa, seorang ahli
kebatinan tinggi, ia senang tapa kungkum di tempuran (tempuran = pertemuan dua
arus kali) di Jakarta ia sering sekali bertapa di dekat Ancol tengah malam,
saat tarik ulur dengan Bung Karno antara tahun 1965-1967.
Sedangkan Ageman Bung Karno adalah tongkat komando Yang selalu
menemani kemanapun Beliau pergi.
KESAKTIAN BUNG KARNO
Bung Karno dikenal sebagai seorang waskita, bahkan orang-orang bali
percaya kalau dia adalah reingkarnasi dari sang Wisnu, dewa hujan dalam agama
hindu. Pernah suatu ketika, bung Karno berkunjung ke Bali, maka terjadilah suatu
keanehan yang sangat mengejutkan. Waktu itu Bali tengah dilanda kemarau yang
sangat parah. Namun ketika Bung Karno tiba, langsung turun hujan dengan derasnya.
Putra dari pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dan Ida Ayu
Nyoman Rai memang sewaktu mudanya
banyak menimba berbagai macam aji kanuragan, aji kesaktiaan atau aji kadigdayaan.
Makanya baik kawan maupun lawan segan bila berhadapan dengan nya. Bahkan tidak
sedikit kaum hawa yang bertekuk lutut padanya hanya sekali kerling.
Menurut sebuah sumber, Bung Karno memiliki aji yang bernama Aji Pojoking Jagat, salah satu kesaktian tingkat tinggi warisan dari kanjeng Sunan Kalijaga. Aji Pojoking Jagat ini memiliki kegunaan bisa berjalan di atas air, bisa mengarungi lautan api tanpa terbakar, lolos dari semua senjata tajam dan lain sebagainya.
Untuk memiliki aji seperti ini harus melakukan tapa pendem (dikubur hudup-hidup) selama 100 hari 100 malam. Aji Pojoking Jagat adalah ilmu wali, makanya Bung Karno setelah mendapatkan ajian ini menjadi manusia setengah wali. Konon Aji Pojoking Jagat ini pernah diburu oleh Pak Harto (Suharto) ketika dia masih berkuasa.
Dulu menurut kesaksian penduduk asli Cikini pernah melihat Bung Karno berjalan di antara rinai hujan tanpa basah sedikitpun. Kemudian pernah pula melihat Bung Karno berpergian bersama ajudannya dengan mobil kap terbuka dan ditembaki oleh seseorang tak dikenal, pelurunya hanya mampu menembus badan mobil. Diyakini ini akibat dari Aji Pojoking Jagat ini.
Kesaktian Bung Karno sebenarnya adalah ‘kesaktian’ tiban,
‘tiban’ adalah suatu istilah Jawa yang berarti kesaktian yang dimiliki tanpa
proses belajar. Waktu lahir Sukarno bernama Kusno, ia sering sakit keras
kemudian diganti namanya menjadi Sukarno. Setelah sehat, datanglah kakek
Sukarno, Hardjodikromo datang dari Tulungagung untuk berjumpa dengan Sukarno
kecil saat itu, sang Kakek melihat ada sesuatu yang lain di anak ini. Kakek
Sukarno sendiri adalah seorang sakti, ia bisa menjilati bara api pada sebuah
besi yang menyala. – Rupanya di lidah Sukarno ada kemampuan lebih yaitu
mengobati orang, Sukarno dicoba untuk mengobati bagian yang sakit dengan
menjilat. Dan benar sembuh. Kakek Sukarno, tau bahwa kesaktian ini harus diubah
agar cucunya jangan hanya menjadi dukun, tapi harus menjadi seorang yang amat
berguna untuk bangsanya.
Kakek Sukarno; Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari
Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch, ia ke
Tulungagung dan memulai usaha sebagai saudagar batik. Leluhur Bung Karno dari
pihak Bapaknya adalah Perwira Perang Diponegoro untuk wilayah Solo. Nama
leluhur Bung Karno itu Raden Mangundiwiryo yang berperang melawan Belanda,
Mangundiwiryo ini adalah orang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdoyo salah
seorang Panglima Diponegoro yang membangun benteng-benteng perlawanan antara
Boyolali sampai Merbabu. Setelah selesainya Perang Diponegoro, Raden
Mangundiwiryo diburu oleh intel Belanda dan ia menyamar jadi rakyat biasa di
sekitar Purwodadi,
Mangundiwiryo memiliki kesaktian yaitu ‘Ucapannya bisa jadi
kenyataan’ istilahnya ‘idu geni’. Rupanya ini menurun pada Bung Karno. Melihat
kemampuan ‘idu geni’ Bung Karno itu, Kakeknya Hardjodikromo berpuasa siang
malam agar cucunya bisa memiliki kekuatan batin, pada suatu saat Hardjodikromo
bermimpi rumahnya kedatangan seorang yang amat misterius, berpakaian bangsawan
Keraton Mataram dan mengatakan dengan amat pelan ‘bahwa cucumu adalah seorang
Raja bukan saja di Tanah Jawa, tapi di seluruh Nusantara’. Kelak Hardjodikromo
mengira bahwa itu adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan
Mataram paling cerdas.
Sejak mimpi itu, kemampuan Bung Karno menjilat dan
menyembuhkan langsung hilang berganti dengan ‘kemampuan berbicara yang luar
biasa hebat’.
TONGKAT KOMANDO SUKARNO
Tongkat Bung Karno itu dibuat dari bahan kayu Pucang Kalak,
Pohon Pucang itu banyak, tapi Pucang Kalak itu hanya ada di Ponorogo, pohon
Pucang. Tongkat Komando Bung Karno sendiri dipakai sejak 1952, setelah
peristiwa 17 Oktober 1952. -Suatu malam Bung Karno didatangi orang dengan
membawa sebalok kayu Pohon Pucang Kalak yang ia potong dengan tangannya, balok
itu diserahkan pada Bung Karno. ”Untuk menghadapi Para Jenderal” kata orang
itu. Lalu Bung Karno menyuruh salah seorang seniman Yogyakarta untuk membuat
kayu itu menjadi tongkat komando.
Bung Karno memiliki tiga tongkat komando yang bentuknya
sama, satu tongkat yang ia bawa ke luar negeri, satu tongkat untuk berhadapan
dengan para Jenderalnya dan satu tongkat waktu ia berpidato. Namun kalau
keadaan buru-buru dan harus pergi, yang kerap ia bawa adalah tongkat sewaktu ia
berpidato.
Pernah suatu saat Presiden Kuba, Fidel Castro memegang
tongkat Bung Karno dan bercanda “Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat
kepala suku Indian?” Bung Karno tertawa saja, saat itu Castro meminta peci
hitam Bung Karno dan Bung Karno pake pet hijau punya-nya Castro. “Pet ini saya
pakai waktu saya serang Havana dan saya jatuhkan Batista” kata Castro mengenai
Pet hijaunya itu.
Apakah tongkat Bung Karno itu memiliki kesaktian? seperti
Keris Diponegoro ‘Kyai Salak’ atau keris Aryo Penangsang ‘Kyai Setan Kober’
wallahu’alam .